Pelopor karya sastra berbahasa Inggris di Afrika

Karya-karya sastra, baik fiksi maupu nonfiksi,  berbahasa Inggris pertama yang ditulis oleh para sastrawan Afrika berkembang sejak dekade 1950an, khususnya di Afrika Barat setelah berakhirnya era kolonial. Para penulis pada waktu itu menitikberatkan tema atau pembahasan mengenai penafsiran kembal sejarah bangsa Afrika dari sudut pandang tempatan (indigenous point of view) guna mengingatkan kembali akan identitas masa lalu benua tersebut. Novel "Things Fall Apart" (1958) karya Chinua Achebe menceriterakan tentang disintegrasi sebuah masyarakat pedesaan sebagai akibat dari masuknya budaya Barat. Karya selanjutnya yang memuat tema serupa adalah "The Palm-Wine Drunkard" (1952) karya Amos Tutuola. Setelah bangsa-bangsa Afrika beranjak melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa Eropa, penekanan kesusastraaan di Afrika Barat mengalami perubahan dari keterbelengguan pada masa lalu menuju sebuah konfrontasi dengan masa kini. Wole Soyinka (penulis "The Swamp Dwellers", "Death and the King's Horseman"), Achebe, dan Ayi Kwei Armah adalah beberapa dari kelompok sastrawan yang menulis satire-satire mengenai kejahatan kontemporer di tengah masyarakat mereka. Di Nigeria, sejumlah penyair, novelis, dan penulis drama menggambarkan horor dari perang Nigeria-Biafra hingga masa setelah perang berakhir, pada saat negara tersebut dipimpin oleh penguasa militer.

Di Afrika Selatan, pada masa apartheid, karya-karya dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh para penulis kulit hitam dan oleh keturunan ras campuran (Coloureds) menghadapi tantangan dari penindasan dan sensor yang rasis. Novelis Peter Abrahams menganggap keadaan tersebut sangat represif sehingga ia meninggalkan Afrika Selatan pada tahun 1939. Harsh Publications and Entertainments Act (1963), salah satu UU sensor pertama di negara tersebut, sangat membatasi penerbitan karya penulis selain berkulit putih dan sebagian besar penulis kulit hitam berbakat di Afrika Selatan beranjak meninggalkan negara tersebut. Memasuki pertengahan 1970an, puisi bernuansa  kulit hitam masih dilarang; banyak penyair yang dipenjara; dan banyak sastrawan lainnya -- termasuk Dennis Brutus dan Alex La Guna -- melarikan diri ke tempat yang lebih aman. Karya sastra berbahasa Inggris dari para sastrawan kulit putih di Afrika Selatan mendapatkan perlakuan sebaliknya, meskipun isi dan temanya sangat kritis terhadap rezim apartheid. 

Contoh karya sastra berbahasa Inggris pada awal perkembangannya di Afrika

Berikut ini adalah sejumlah sastrawan dan karya mereka yang mengawali perkembangan karya-karya sastra berbahasa Inggris yang ditulis oleh bangsa Afrika.

Chinua Achebe : "Things Fall Apart" (1958), "The Arrow of God" (1964), "A Man of the People" (1966), "Girls at War" (1972), "Christmas in Biafra and Other Poems" (1973).
Wole Soyinka : "The Swamp Dwellers" (1958), "Death and the King's Horseman" (1975), "Opera Wonyosi" (1979), dan "Play of Giants" (1984).
John Peer Clark : "Song of a Goat" (1961), "Ozidi" (1966), "A Decade of Tongues".
James Ngugi Wa Thiong'o : "Weep Not, Child" (1964), "The River Between" (1965), "A Grain of Wheat" (1967), "Petals of Blood" (1977), "Will Marry When I Want" (1982), "Devil on the Cross" (1982), "Decolonising the Mind" (1986).

Referensi:

  • Duka, Carolina Reyes. 2001. The Literature of Asia & Africa. Rex Book Store, Inc. pp.5-7.


Popular posts from this blog

Alvar Aalto

Claudio Abbado

Komandan Unterseeboot yang selamat setelah perang berakhir (Vol. 1)